Mata Bahaya di Perlintasan Cicayur

Ilustrasi di stasiun Tn Abang
Subuh masih nyenyak. Langit di ufuk timur belum membara. Angin dingin perlahan halus menyapu bulu-bulu tangan. Suara jengkrik sahut-sahutan dengan kokok ayam.

Satu per satu, ada yang berdua, ada yang bertiga, memasuki stasiun Cicayur. Tidak semua melalui pintu utama. Ada yang menyusuri rel dari arah barat dan timur menuju pintu elektrik, lalu mendaftarkan uang kartu, dan memutar palang tiga.

Pukul 05:30, para pemuda sudah berada di peron 2. Beberapa anak sekolah dengan seragamnya. Perempuan-perempuan muda menyebarkan aroma wangi dari tubuhnya.

"Jalur 2 dari arah barat tidak lama lagi melintas komuter lain menuju Serpong, Tanah Abang!" suara mikrofon.

Lampu komuter lain sudah tampak menyorotkan lampunya ke stasiun Cicayur pukul 05:36. Tiba-tiba cahaya lampu truk dari arah utara menerangi perlintasan kereta. Semua mata yang telah memandang kehadiran kereta sontak menegang.

"Jangan lewat...!!!" semua tampak panik.

Tabrakan cahaya lampu kereta dan lampu truk sudah tak terelakkan lagi. Klakso kereta menjerit amat kencangnya. Jarak muka kereta hanya beberapa meter saja dengan tubuh truk. Sepersekian detik, semua nafas terhembus lepas, setelah tertahan beberapa detik.

Tidak ada palang di perlintasan kereta stasiun Cicayur. Tak ada sirine yang mampu menyontakkan kelengahan orang. Entah sudah berapa nyawa yang tak rela hinggap pada tubuh yang hancur. Entah berapa kendaraan yang ringsek terseret kereta. Entahlah.. hanya mengandalkan klakson kereta orang baru sadar berada di ujung bahaya. Hanya mengandalkan tukang ojek yang sempat mengingatkan. Bahkan penjaga perlintasan pun tewas di perlintasan.

1 komentar: