Gerhana, Adakah yang Mau Mempolitisasi?

Malam ini katanya ada gerhana bulan. Biarlah. Saya tidak melihat keluar. Biar saya mendekam saja di kamar. Paling wujud gerhana ya begitu saja. Cahaya matahari kepada bulan tertutup oleh bumi. Begitu kira-kira saya memahami.

Sekitar 1980-an pernah terjadi gerhana matahari total. Di kalangan anak-anak, termasuk saya waktu itu, peristiwa ini sangat menggemparkan. Konon, kami tidak boleh melihat gerhana itu secara langsung. Bisa bikin buta mata, kata teman-teman. Bahkan mengintip saja tidak boleh.

Saking gemparnya, TVRI menyiarkan peristiwa ini secara langsung. Saya dan teman-teman tentu saja menonton lewat televisi. Kami semua takut buta akibat gerhana. Waktu itu, saya menonton di rumah Wak Mat Kayan bersama teman-teman lainnya. Waktu menonton, saya menyaksikan orang-orang melihat proses gerhana matahari. Mereka menggunakan kacamata hitam dan lain sebagainya. Sementara, di masjid berkumpul banyak orang untuk melaksanakan shalat sunnat gerhana matahari.

Beberapa tahun kemudian, saya menonton televisi the Legend of Seondeok. Dalam film tersebut diceritakan, seorang pejabat kerajaan Sila sibuk mencari kalender dari China. Konon, di kalender itu ada informasi bakal terjadi gerhana. Pejabat kerajaan Sila memiliki kepentingan terhadap adanya gerhana tersebut. Dengan mengetahui kapan pasti terjadi gerhana, dia akan melakukan tindakan politik.

Singkat cerita, Misil sang pejabat kerajaan tersebut menemukan kalender tersebut dan mendapatkan informasi kapan terjadinya gerhana. Rupanya, beberapa hari sebelum terjadi gerhana muncul sebuah batu dari tanah yang berisi pesan misterius. Berdasarkan analisa bahasa, rupanya pesan itu diartikan bahwa bakal terjadi gerhana, untuk itu salah satu suku yang ada di kerajaan Sila harus diusir dan diberantas. Seluruh rakyat dan pejabat yang menyaksikan terjadinya gerhana akhirnya percaya, dan mereka sepakat untuk mengusir suku tertentu dalam kerajaan tersebut. Rupanya, gerhana pada masa silam dipolitisasi juga. Namun, setelah penguasa kerajaan berganti, ilmu kalender dikembangkan untuk kepentingan yang sebenarnya, bukan untuk membodohi rakyat.


Saya tidak tahu, apakah ada orang yang mau mempolitisasi kejadian alam di negeri ini? Sebenarnya, politisisasi terhadap kejadian alam ini cukup menarik. Asal politisasinya cerdas. hehehe

Tidak ada komentar