Musim Nikah atau Musim Kawin?

Hari Jumat-Minggu (10-12/4) ini tampaknya banyak janur kuning melengkung di pinggir-pinggir jalan. Ada 3 undangan menghadiri resepsi pernikahan di rumah. Kemarin juga ada kasih kabar lewat chatting FB katanya ada undangan pernikahan teman. Ketiga undangan di rumah tidak satupun yang aku kenal. Dan satu undangan malah kelupaan, karena ada pertemuan dengan orang. Padahal orang tersebut jauh-jauh datang juga terkait dengan pernikahan. Bahkan Jokowi pun sedang menantu dalam hari-hari ini.

Saya curiga, biasanya banyak acara pernikahan begini ini berarti hari-hari ini adalah bulan baik. Orang Jawa seperti saya memang punya kepercayaan tentang bulan-bulan baik untuk pernikahan. Kenapa bulan-bulan begini banyak pernikahan? Bulan apa saja banyak pernikahan?

Berdasarkan informasi mujarobat, bulan-bulan baik untuk mengadakan pernikahan adalah:
1. Bulan Jumadil Akhir karena diyakini mempelai berdua selalu memperoleh kebaikan adan kebahagiaan.
2. Bulan Rajab karena diyakini akan mendapat keselamatan dan beruntung, penghidupan baik.
3. Bulan Sya'ban (Ruwah) karena diyakini akan banyak memperoleh rezeki, selamat dan keuntungan.
4. Bulan Dzulhijjah (Besar) karena diyakini akan beruntung bahagia dan menggembirakan, karena banyak rezekinya, tali pernikahan menjadi sangat kuat karena suami istri saling menyinta, dan akan selamat mendapat perlindungan dari Tuhan.

Kenapa mujarobat ini menggunakan pendekatan masa peredaran bulan, bukan peredaran matahari? Tampaknya hal ini tidak ada kaitannya dengan cuaca, tetapi lebih karena ajaran keagamaan. Seandainya menggunakan pendekatan peredaran matahari kemungkinan tergantung pada perubahan iklim dan cuaca. Keterikatan pada peredaran bulan seperti ini menurut saya cukup aneh bila dikaitkan dengan pola kerja masyarakat petani padi, yang bertanam dan panennya sangat tergantung pada pola peredaran matahari.

Mungkin karena di Indonesia hanya mempunyai dua musim, musim kemarau dan hujan, bahkan sekarang ini tidak jelas kapan musim hujan dan musim kemaraunya, sehingga lebih mudah menerima pola peredaran bulan sebagai bulan baik untuk pernikahan. Persoalan biaya pernikahan dianggap tidak terlalu terpengaruh dengan pola penghasilan masyarakat, khususnya pertanian padi.

Jika jatuh pada bulan Dzulhijjah, tampaknya mendapat legitimasi kebaikan lebih banyak daripada bulan lain, mungkin diasumsikan pengantin banyak asupan protein dari binatang kurban, terutama kebanyakan kambing. Kambing dipercayai bukan saja banyak protein, tetapi juga memberikan dorongan libido lebih besar. Sebaliknya, bulan Syawal dianggap bukan bulan baik mungkin karena kadar gizi dalam tubuh calon pengantin. Bahkan pernikahan di bulan Syawal diyakini akan berdampak akan banyak hutang, miskin terus, orang tua berbuat dosa pada anaknya sendiri, siang malam rumah tangga tidak tentram, dan merasakan akan bosan hidup. Sebab bulan Syawal ini keluarga habis belanja besar-besar menyambut hari raya.

Meski demikian, banyak orang Jawa yang menyelenggarakan pernikahan bulan Syawal, termasuk saya dan beberapa saudara-saudara saya. Terus terang saya tidak memperhatikan bulan-bulan baik ini. Saya lebih memilih Syawal lebih beralasan bahwa pada bulan itu, keluarga-keluarga yang sedang merantau sedang mudik. Apalagi waktu itu bulan Syawal bertepatan dengan bulan Oktober, yang berarti bulan usai panen padi.

Saya belum tahu pasti apakah ada kaitan antara bulan-bulan baik tersebut dengan masa kesuburan reproduksi. Jika dikaitkan dengan bulan Dzulhijja kemungkinannya ada, yaitu protein tinggi, meskipun di Indonesia tidak terlalu banyak.

Kalau bulan Rajab dianggap memberikan keuntungan karena menghadapi bulan Ramadhan, puasa. Pada bulan Ramadhan konsumsi masyarakat, walaupun siangnya puasa, tetapi terjadi peningkatan signifikan. Namun bulan puasa ini dianggap bukan bulan baik untuk menyelenggarakan pernikahan karena diramalkan bakal selalu diliputi kesusahan, penghidupanya tidak tetap, kesukaran terus menerus tiada habis, bahkan salah satunya ada yang meninggal. Hehe.. menarik sekali..

Saya kira, karena pernikahan itu terkait dengan reproduksi dan perekonomian, penyelenggaraan acara pernikahan ini ada kaitan-kaitan tersebut. Sehingga musim kawin manusia ini bisa ada kaitannya dengan keberlangsungan keturunan manusia dan kebahagiaannya. Tapi apakah ada bulan-bulan tertentu yang jumlah kelahiran anak sangat tinggi? Tentu perlu penelusuran lebih jauh...

Tidak ada komentar