Geli-Ngeri Obrolan Bocah-bocah
Hujan hari Minggu berasa di suatu tempat dataran tinggi saja. Padahal seharian di rumah, melihat bocah-bocah bermain di teras penuh canda tawa. Mendengar cekiki-cekaka anak-anak pra sekolah ini bikin perasaan juga bahagia.
Menyimak dialog-dialog mereka kadang menggelikan, kadang juga mengerikan. Misal, si Nawa (5,8 tahun) tiba-tiba nyeletuk, "Aku nanti mau kuliah di Malang seperti mamaku. Dulu ayah-mamaku katanya kenalannya di Malang." mendengar ucapan itu, Si Jilly (6,2 tahun) langsung merespon, "Aku juga. Mamaku dulu juga di Malang." saat kutanya, "Emang kalian pernah ke Malang?" keduanya pun menggeleng kepala.
Nawa memang sering mendengar nama Malang, baik dari cerita mamanya maupun dari televisi saat menonton bersama mamanya. Namun kalau Jilly, dia baru tahu nama Malang dari Nawa hari itu juga. Dari komunikasi kedua anak itu, Nawa memang cenderung mendominasi Jilly, akibat keluasan pengetahuan Nawa. Namun respon spontan Jilly merupakan bentuk perlawanan terhadap kuasa yang ditebarkan oleh Nawa. Namun karena keduanya masih belum menyadari masing-masing kebenaran pengetahuannya, akhirnya pertarungan pengetahuan itu tidak berlanjut lama. Saya membayangkan seandainya kedua anak itu mencoba saling membuktikan, saya menduga akan terjadi cekcok yang panjang dan menggemaskan.
Halah... Tiba-tiba saja saya teringat peristiwa Isra'-Mi'raj Nabi Muhammad di Bulan Rajab ini. Ketika Nabi Muhammad menceritakan bahwa semalam telah melakukan perjalanan bolak-balik Makkah-Masjid Aqsho yang jaraknya 3.000 km, tentu saja kaum kafir Quraisy tidak percaya dan orang yang pernah berkunjung ke sana langsung mencoba untuk membuktikan pengetahuan Nabi tentang kondisi Masjid Aqsho. Beruntunglah Nabi Muhammad dibantu oleh Jibril untuk menjelaskan kondisi Masjid Aqsho yang sebenarnya, sehingga sebagian orang mempercayainya. Bayangkan kalau tidak ada penjelasan terhadap kondisi-kondisinya, bisa ribut itu.
Nah, dialog anak-anak di teras rumah kali ini memang menggelikan. Namun ada juga ungkapan yang menurut saya mengerikan. Seperti, "Davd nih belum bisa baca sendiri..." sepertinya sederhana, tapi ada dua kemungkinan dampaknya pada si David yang baru lima tahun itu. Bisa jadi dia termotivasi untuk belajar, namun bisa jadi juga dia menjadi minder dan introvert. Apalagi dukungan dari kedua orangtuanya untuk belajar kurang. Di situ saya merasa ngeri...
Menyimak dialog-dialog mereka kadang menggelikan, kadang juga mengerikan. Misal, si Nawa (5,8 tahun) tiba-tiba nyeletuk, "Aku nanti mau kuliah di Malang seperti mamaku. Dulu ayah-mamaku katanya kenalannya di Malang." mendengar ucapan itu, Si Jilly (6,2 tahun) langsung merespon, "Aku juga. Mamaku dulu juga di Malang." saat kutanya, "Emang kalian pernah ke Malang?" keduanya pun menggeleng kepala.
Nawa memang sering mendengar nama Malang, baik dari cerita mamanya maupun dari televisi saat menonton bersama mamanya. Namun kalau Jilly, dia baru tahu nama Malang dari Nawa hari itu juga. Dari komunikasi kedua anak itu, Nawa memang cenderung mendominasi Jilly, akibat keluasan pengetahuan Nawa. Namun respon spontan Jilly merupakan bentuk perlawanan terhadap kuasa yang ditebarkan oleh Nawa. Namun karena keduanya masih belum menyadari masing-masing kebenaran pengetahuannya, akhirnya pertarungan pengetahuan itu tidak berlanjut lama. Saya membayangkan seandainya kedua anak itu mencoba saling membuktikan, saya menduga akan terjadi cekcok yang panjang dan menggemaskan.
Halah... Tiba-tiba saja saya teringat peristiwa Isra'-Mi'raj Nabi Muhammad di Bulan Rajab ini. Ketika Nabi Muhammad menceritakan bahwa semalam telah melakukan perjalanan bolak-balik Makkah-Masjid Aqsho yang jaraknya 3.000 km, tentu saja kaum kafir Quraisy tidak percaya dan orang yang pernah berkunjung ke sana langsung mencoba untuk membuktikan pengetahuan Nabi tentang kondisi Masjid Aqsho. Beruntunglah Nabi Muhammad dibantu oleh Jibril untuk menjelaskan kondisi Masjid Aqsho yang sebenarnya, sehingga sebagian orang mempercayainya. Bayangkan kalau tidak ada penjelasan terhadap kondisi-kondisinya, bisa ribut itu.
Nah, dialog anak-anak di teras rumah kali ini memang menggelikan. Namun ada juga ungkapan yang menurut saya mengerikan. Seperti, "Davd nih belum bisa baca sendiri..." sepertinya sederhana, tapi ada dua kemungkinan dampaknya pada si David yang baru lima tahun itu. Bisa jadi dia termotivasi untuk belajar, namun bisa jadi juga dia menjadi minder dan introvert. Apalagi dukungan dari kedua orangtuanya untuk belajar kurang. Di situ saya merasa ngeri...
Post a Comment