Mengintip Kepenulisan Sahlul Fuad
Oleh Ririn Iswantini
Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo
![]() |
Sahlul sedang menulis |
Dalam
urusan dunia kepenulisan karya sastra, Sahlul Fuad sendiri masih belajar secara
otodidak, dengan cara mengikuti forum-forum diskusi, dan berkumpul dengan penulis-penulis
yang sudah profesional. Awalnya, ia hanya belajar jurnalistik dan menulis
artikel. Lalu ia melanjutkan dan mencoba belajar menulis cerpen dan terakhir
belajar menulis puisi.
Bagi
Sahlul, membaca karya orang lain, baik puisi, cerpen, novel maupun ulasan-ulasannya,
merupakan tugas penting yang juga harus dilakukan oleh orang yang belajar
menulis. Tugas penulis, salah satunya, termasuk menggambarkan kondisi-kondisi
sosial, politik, ideologi, ekonomi,dsb. Boleh dikatakan, karya yang tidak
memiliki latar belakang sosial, budaya, politik, dsb itu tidak mempunyai arti
penting bagi pembacanya.
Mempelajari
teori-teori, menurut Sahlul, juga penting. Mempelajari semua gaya bahasa,
lanjutnya, adalah bagian yang tak terelakkan. Baginya, jangan sampai bosan
membaca buku-buku pelajaran dasar Bahasa Indonesia, dan membuka KBBI jangan
malu. Bahkan diponsel Sahlul Fuad selalu teristal KBBI.
Belajar
menulis menurut Sahlul Fuad adalah mencintai kata-kata. Semua proses dalam
belajar kepenulisan karya sastra memang punya cerita sendiri-sendri tentunya.
Tetapi yang paling mendasar menurut Sahlul Fuad, belajar membuat dan memadukan kalimat yang benar. Belajar mengenali kata dan
kedudukannya, ternyata bukan hal bisa disepelekan juga.
Ada
dua prinsip dalam proses kepenulisan yang dipegang Sahlul Fuad, Prinsip pertama berusaha menggunakan EYD. Karena
EYD ini dalah penduan dasar untuk membuat kalimat-kalimat yang kita bikin
menjadi komunikatif. Kedua. berusaha membuat tulisan selogis mungkin,
karena memang bahasa adalah wujud dari logika kita.
Dalam
setiap proses kepenulisan kreatif mempunyai keunikan-keunikan tersendri. Ada
kalanya tiba-tiba jadi saat duduk di tepi jalan, ada yang keluar lama saat
hendak tidur, ada juga yang terbentuk sepanjang perjalanan, ada juga walaupun
sudah jadi, tetapi diotak-atik lagi di lain waktu. Ada juga ketemu awalnya
hanya judul atau satu frase tertentu yang dianggap menarik, ada juga yang harus
dipaksa keluar dan dicari aspek keindahannya. Ada juga yang muncul saat
menonton film, seperti puisi berjudul “Rindu Kerinduan” yang ditulis
pada saat menonton film August Rush,
Proses
kreatif juga diperlukan editing yang secara teknis biasanya dilakukan dengan
cara dibaca berulang-ulang. Perubahan dalam satu puisi bisa jadi berkali-kali. Dalam
editing puisi yang pendek ternyata juga cukup lama karena mencari diksi dan bunyi
yang enak dan tepat. Untuk membuat karya sastra justru berusaha nakal kalau gak
“ nakal “ rasanya kok hambar “ kata Sahlul”. Dengan kenakalan berfikir itulah
kita akan berbeda dengan banyak orang. Salah satu kenakalanku puisi “ derai-derai cemara “karya chairil Anwar,
yang iseng-iseng menjadi “ cerai-cerai
Asmara. Seperti ini :
“
Derai-derai Cemara “ Karya Chairil
Anwar
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
“
Cerai-cerai Asmara “ Karya Sahlul
Fuad
Asmara mencari sampai bau
Kurasa hati akan jadi karam
Dada meraba tangan di tiap waktu
Ditusuk dingin yang terpenggal
Aku melawan orang jika kawan
Lupa betapa aku luapkan kanal hati
Kami dulu senang pada suatu dahan
Yang kurang sabar persimpuhkan sepi
Puisi
diatas, merupakan salah satu bentuk kenakalan Sahlul Fuad. Yang paling
monumental bagi Sahlul Fuad sementara ini ada di buku 33 puisi dusta yang
berjudul “Nikah siri” karena
puisi tersebut muncul pada saat isu banyaknya nikah siri mencuat, puisinya sangat
pendek, dan mudah dihafal, berikut kutipan puisinya :
Enaknya diam-diam
Deritanya bilang-bilang
Sahlul
Fuad pernah membacakan puisi tersebut di Bulungan Blok M Jakarta Selatan pada
acara baca puisi sastra Reboan. Disamping karya-karya yang sudah ada, Sahlul
Fuad mempublikasikannya tergantung pada kepentingan dan maksud menerbitkannya.
Banyak dampak sosial bagi Sahlul Fuad mengenai hasil karya-karyanya yang mulai
banyak diminati pembaca atau masyarakat salah satunya tentu tambah teman dan
tambah musuh. Karena, Sahlul Fuad sendiri terlibat dalam masalah polemik. Kalau
dampak material, menurut Sahlul Fuad susah, karena tidak bermaksud mencari urusan material dari
puisi tetapi kalau dihubung-hubungkan mungkin ada karena ada orang tertarik
dengan kepenulisan dia mengajak beliau dalam beberapa proyek penulisan, dan
Sahlul Fuad sering terlibat dalam proyek menulis di luar sastra.
Menyangkut
masalah kepenulisan yang saait ini berkembang di kalangan pelajar atau
mahasiswa, bagi Sahlul Fuad sangatlah menarik. Karena, Fenomena kepenulisan
kreatif itu sangat bagus. Sahlul Fuad merasa iri dengan orang-orang yang sudah
mulai menulis sejak SMP atau SMA karena, ia sendiri mulai aktif menulis sudah
kuliah, awalnya dulu dari menulis buku harian dan akhirnya berkembang menjadi
saat ini.
Pesan
Sahlul Fuad, sebagai penulis pemula diperlukan untuk mempelajari keberhasilan
para penulis-penulis terdahulu merupakan
hal yang harus digali. Mencermati keunikan karakter dan keunggulan karya
para penulis terdahulu menjadi sangat penting bagi keberhasilan penulis-penulis
saat ini. Persoalannya, tidak mudah untuk mengenali keunikan karakter dan
keunggulan karya para pendahulu. Dengan mengenali keunikan karakter dan
keunggulan karya terdahulu setidaknya kita bisa membedakan mana karya yang
serius atau tidak.
Jangan sampai Nawa kehilangan kesempatan seperti bapaknya.
BalasHapusmenulis sejak Balita...
wis ono cerpene, cak.. Perempuan Ranjang..
Hapus