Curankor

Kebutuhan terhadap api merupakan kebutuhan yang sangat purba. Kita harus sangat berterima kasih kepada para penemu korek api. Meskipun sekarang banyak orang menggunakan listrik, tetapi kebutuhan kepada api tetap langgeng hingga sekarang.

Bagi kaum perokok, korek api menjadi kebutuhan dasar. Jadi mengherankan ada perokok, tetapi tidak pernah punya korek. Ke sana kemari mencari api. Rokok sebungkus, nyari apinya bisa sampai 20 kali.

Saya punya pengalaman di sebuah tempat yang jauh dari kumpulan manusia. Kebetulan saya kehabisan korek api. Waduh, puyengnya bukan main. Rice cooker saya nyalakan hingga panas banget. Coba saya sulut rokok saya, ternyata gagal. Saya coba nyalakan juga setrika hingga panas, lalu saya kasih kertas hingga terbakar. Beruntung nyala juga rokok saya.

Saya juga punya pengalaman yang menjengkelkan, di tempat tersebut sebenarnya saya punya korek api. Namun ketika ada tamu main ke situ, korek api saya ternyata di bawa. Lah, nyalain setrika lagi deh. Mestinya saya belajar pada orang-orang purba menyalakan api dengan cara memutar-mutar kayu hingga terbakar.  Namun kelakuan para pembawa korek api itu memang harus selalu diwaspadai.

Beberapa waktu yang lalu, saya ke luar kota. Di sana bertemu dengan teman-teman lama. Rupanya, tiga kali pindah tempat, tiga kali juga korek api hilang. Saya jadi ingat istilah teman-teman di asrama mahasiswa dulu, pencurian korek api disebut “Curankor”. Pelaku curankor di kalangan aktivis ini perlu dicurigai sebagai penyakit. Entah penyakit apa namanya. Apakah dia kategori klepto atau kategori lain. Jangan-jangan hanya korek.

Ada di antara teman saya menyimpan banyak korek api di rumahnya. Saya langsung berseloroh, “Kok banyak korek api di sini. Jangan-jangan ente ini pelaku Curankor, ya?”

Dengan santai dia juga menjawab, “Iya. Aku juga heran tiba-tiba korek api banyak banget di rumah.”


Lah, kok ternyata dia sendiri gak sadar bahwa dirinya telah membawa korek api begitu banyak. Masih mending dia masih selalu ingat membeli rokok. Bayangkan jika dia sudah curankor, curanrok pulak...

2 komentar:

  1. Setuju. Kita harus masukkan gugatan ke hakim Sarpin supaya para Curankor itu diberi hukuman yang berat

    BalasHapus