Mengarsipkan Dunia
Baru buka www.archive.org, ternyata ada perkembangan yang luar biasa. Setahu saya, dulu archive.org ini hanya mendokumentasikan data-data website saja. Tapi sekarang sudah ada dokumentasi buku-buku, buku audio, video, dan gambar-gambar. Tentu kita sangat berterima kasih kepada archive.org yang telah mendokumentasikan dunia digital yang luar biasa itu.
Pertama kali saya berkenalan dengan archive.org ketika mencoba melacak website pertamaku yang hilang. Bayangkan, bertahun-tahun kita menumpuk tulisan di website, tiba-tiba tulisan itu lenyap begitu saja. Setelah saya browsing melalui google.com, ternyata tulisan saya di website itu masih bisa dibuka melalui cache, yang disimpan oleh archive.org. Di situ saya merasa sangat senang.
Pengalaman penting lainnya dengan archive.org adalah ketika Cak Pii mengirim sebuah Link tentang riwayat website seseorang yang bermasalah. Saya baru menyadari bahwa kita bisa melihat website itu sejak pertama kali diluncurkan hingga sekarang, tapi tentu terbatas pada waktu-waktu tertentu, bukan setiap hari. Setidaknya, bagi peminat sejarah sebuah website, baik dari aspek konten maupun desain grafisnya, akan bisa sangat membantu.
Kini archive.org yang bediri tahun 1996 ini menuju menjadi perpustakaan dan sekaligus musium raksasa dunia maya. Lembaga non-profit ini menyedekahkan kemampuannya untuk seluruh umat manusia yang masih hidup dan berhubungan dengan internet. Sebaiknya memang kita mendukung pengarsipan internet untuk kepentingan seluruh umat manusia yang hidup, terutama anak cucu kita kelak.
Saya jadi teringat ungkapan Binhad Nurrohmat kepada seseorang yang anti masa lalu atau anti-sejarah di warung soto Lamongan Taman Ismail Marzuki. Kurang lebih Binhad mengatakan, kenapa kita perlu membaca sejarah? Sebab, kita tak perlu mengalami hidup semua orang selama ratusan atau ribuan tahun lamanya untuk mengetahui dan mengulangi kesalahan yang pernah terjadi pada masa lalu. Kita cukup duduk menghadap buku atau dokumen sejarah selama beberapa jam, beberapa hari, atau kalau perlu duduk saja setahun untuk mengetahui pengalaman puluhan atau ratusan atau ribuan tahun banyak orang di dunia ini. Kalau kita sendiri yang harus mengulang kehidupan dan pengalaman itu, habislah usia kita dengan sia-sia.
Dengan tersedianya dokumen-dokumen dan buku sejarah, dunia seperti dilipat, meminjam istilah Amir Yasraf Pilliang. Pengalaman panjang yang kompleks dan berbelit-belit, tiba-tiba berada di hadapan kita dalam segenggam. Apalagi dunia ilmu pengetahuan, baik berupa teks, suara, gambar, dan video, kini bisa dikonversi dalam bentuk digital dan hidup dalam dunia maya. Dan apa yang dilakukan orang-orang melalui archive.org adalah melipat dunia itu dalam arsip atau boleh saya sebut dengan "mengarsipkan dunia". Kita tinggal memilih sesuai dengan minat dan kebutuhan kita sendiri.
Pertama kali saya berkenalan dengan archive.org ketika mencoba melacak website pertamaku yang hilang. Bayangkan, bertahun-tahun kita menumpuk tulisan di website, tiba-tiba tulisan itu lenyap begitu saja. Setelah saya browsing melalui google.com, ternyata tulisan saya di website itu masih bisa dibuka melalui cache, yang disimpan oleh archive.org. Di situ saya merasa sangat senang.
Pengalaman penting lainnya dengan archive.org adalah ketika Cak Pii mengirim sebuah Link tentang riwayat website seseorang yang bermasalah. Saya baru menyadari bahwa kita bisa melihat website itu sejak pertama kali diluncurkan hingga sekarang, tapi tentu terbatas pada waktu-waktu tertentu, bukan setiap hari. Setidaknya, bagi peminat sejarah sebuah website, baik dari aspek konten maupun desain grafisnya, akan bisa sangat membantu.
Kini archive.org yang bediri tahun 1996 ini menuju menjadi perpustakaan dan sekaligus musium raksasa dunia maya. Lembaga non-profit ini menyedekahkan kemampuannya untuk seluruh umat manusia yang masih hidup dan berhubungan dengan internet. Sebaiknya memang kita mendukung pengarsipan internet untuk kepentingan seluruh umat manusia yang hidup, terutama anak cucu kita kelak.
Saya jadi teringat ungkapan Binhad Nurrohmat kepada seseorang yang anti masa lalu atau anti-sejarah di warung soto Lamongan Taman Ismail Marzuki. Kurang lebih Binhad mengatakan, kenapa kita perlu membaca sejarah? Sebab, kita tak perlu mengalami hidup semua orang selama ratusan atau ribuan tahun lamanya untuk mengetahui dan mengulangi kesalahan yang pernah terjadi pada masa lalu. Kita cukup duduk menghadap buku atau dokumen sejarah selama beberapa jam, beberapa hari, atau kalau perlu duduk saja setahun untuk mengetahui pengalaman puluhan atau ratusan atau ribuan tahun banyak orang di dunia ini. Kalau kita sendiri yang harus mengulang kehidupan dan pengalaman itu, habislah usia kita dengan sia-sia.
Dengan tersedianya dokumen-dokumen dan buku sejarah, dunia seperti dilipat, meminjam istilah Amir Yasraf Pilliang. Pengalaman panjang yang kompleks dan berbelit-belit, tiba-tiba berada di hadapan kita dalam segenggam. Apalagi dunia ilmu pengetahuan, baik berupa teks, suara, gambar, dan video, kini bisa dikonversi dalam bentuk digital dan hidup dalam dunia maya. Dan apa yang dilakukan orang-orang melalui archive.org adalah melipat dunia itu dalam arsip atau boleh saya sebut dengan "mengarsipkan dunia". Kita tinggal memilih sesuai dengan minat dan kebutuhan kita sendiri.
Post a Comment