Nasi Goreng is Amazing
Sejak kecil saya terbiasa makan nasi goreng pagi hari. Karena hampir tidak pernah makan nasi goreng selain sarapan, saya sempat heran saat diajak makan nasi goreng waktu malam hari. Kenapa saya sering sarapan nasi goreng?
Saya baru menyadari betapa paling mudah masak nasi goreng, dibanding masak lainnya. Dulu, waktu masih Ibtidaiyah, saya sudah masak nasi goreng sendiri, karena emak pergi ke pasar, sementara saya sudah lapar dan bersiap berangkat sekolah. Saya cuma membuang batang cabai, mengupas bawang, dihaluskan, digoreng, nasi dingin dimasukkan. Taburi garam halus. Beres. Selesai sudah bikin nasi goreng. Mungkin sedikit berbeda dengan masakan emak, karena selain ada bawang, beliau menambah jinten.
Semudah itu bikin nasi goreng. Bahkan ada yang lebih simpel lagi. Resep dari istri saya. Cukup mengupas bawang putih, geprak, goreng. Selesai. Tak perlu harus cari cobek atau lainnya. Syukur jika ada telor. Syukur pula jika ada kecap atau saos. Kalau garam pastilah.
Karena saking mudahnya, siapapun, sepanjang bisa menyalakan api untuk masak, saya yakin bisa. Meski demikian, syarat menjadi mudah tidak lepas karena sudah ada nasi terlebih dahulu. Kalau belum ada nasi, ceritanya tentu berbeda.
Nah, rupanya... kenapa emak dulu suka bikin nasi goreng? ternyata selain mudah, karena dalam rangka memanfaatkan nasi sisa kemarin, sementara lauk-pauknya sudah tidak ada lagi. Kadang nasi dari berkat kondangan, tetapi lauknya tidak cukup untuk dimakan keenam orang di rumah, nasi goreng menjadi andalan. Sebab, kalau makan nasi goreng, jarang sekali ada lauknya.
Rupanya, kebiasaan saya makan nasi goreng terus berlangsung hingga sekarang. Sempat berhenti lama, gara-gara tergantung pada warung. Sempat muncul lagi beberapa kali masak bersama Cak Ipin. Lalu berhenti lagi. Dan ketika sudah berkeluarga muncul lagi. Kini, Nawa pun sangat doyan makan nasi goreng. Dalam kondisi tidak selera makan pun, ketika ditawari nasi goreng, langsung mau. Bahkan, jika makan masakan lain dia minta disuapi, khusus makan nasi goreng dia makan sendiri.
Nasi Goreng is Amazing...
Saya baru menyadari betapa paling mudah masak nasi goreng, dibanding masak lainnya. Dulu, waktu masih Ibtidaiyah, saya sudah masak nasi goreng sendiri, karena emak pergi ke pasar, sementara saya sudah lapar dan bersiap berangkat sekolah. Saya cuma membuang batang cabai, mengupas bawang, dihaluskan, digoreng, nasi dingin dimasukkan. Taburi garam halus. Beres. Selesai sudah bikin nasi goreng. Mungkin sedikit berbeda dengan masakan emak, karena selain ada bawang, beliau menambah jinten.
Semudah itu bikin nasi goreng. Bahkan ada yang lebih simpel lagi. Resep dari istri saya. Cukup mengupas bawang putih, geprak, goreng. Selesai. Tak perlu harus cari cobek atau lainnya. Syukur jika ada telor. Syukur pula jika ada kecap atau saos. Kalau garam pastilah.
Karena saking mudahnya, siapapun, sepanjang bisa menyalakan api untuk masak, saya yakin bisa. Meski demikian, syarat menjadi mudah tidak lepas karena sudah ada nasi terlebih dahulu. Kalau belum ada nasi, ceritanya tentu berbeda.
Nah, rupanya... kenapa emak dulu suka bikin nasi goreng? ternyata selain mudah, karena dalam rangka memanfaatkan nasi sisa kemarin, sementara lauk-pauknya sudah tidak ada lagi. Kadang nasi dari berkat kondangan, tetapi lauknya tidak cukup untuk dimakan keenam orang di rumah, nasi goreng menjadi andalan. Sebab, kalau makan nasi goreng, jarang sekali ada lauknya.
Rupanya, kebiasaan saya makan nasi goreng terus berlangsung hingga sekarang. Sempat berhenti lama, gara-gara tergantung pada warung. Sempat muncul lagi beberapa kali masak bersama Cak Ipin. Lalu berhenti lagi. Dan ketika sudah berkeluarga muncul lagi. Kini, Nawa pun sangat doyan makan nasi goreng. Dalam kondisi tidak selera makan pun, ketika ditawari nasi goreng, langsung mau. Bahkan, jika makan masakan lain dia minta disuapi, khusus makan nasi goreng dia makan sendiri.
Nasi Goreng is Amazing...
Post a Comment